Daftar Isi [Tampilkan]
Hari
Sabtu lalu tepatnya 22 Oktober 2016, anak lelakiku yang pintar, ganteng nan
ceriwis, Muhammad Fakhri biasa dipanggil Fakhri, mengikuti festival piano untuk
yang pertama kalinya. Acara ini diselenggarakan oleh Rhapsodie Event
Management, merupakan divisi dari Rhapsodie Music yang telah menyelenggarakan
banyak acara musik.
Salah satu acara yang paling ditunggu adalah Indonesia
National Piano Festival (INPF). Sebuah festival piano bergengsi yang khusus
ditujukan untuk pianis muda di
seluruh Indonesia. Kali ini bertempat di Mezzanine Ballroom Hotel Aryaduta
Jakarta Pusat.
Fakhri (8 tahun) kini
duduk di bangku kelas 3 yaitu di SD Pelita Karang Pola, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan. Sudah kurang lebih 1 tahun anakku les piano privat alias mendatangkan
guru ke rumah. Dalam sebulan ada 4 kali les, seminggu sekali.
Lama belajar per
kedatangan adalah 30 menit. Kupikir dengan cara seperti ini lebih cocok untuk
Fakhri (sering dipanggil "Gempal" atau ayang Fali sih kalau di rumah
hehehe). Dia itu penidur, persis seperti mamanya lah. Kayak papa dan kakaknya
juga.
Namanya anak kecil suka berubah mood nya. Nah kalau privat begini kan
hemat waktu dan apabila Fakhri pas sedang ada acara atau guru lesnya
berhalangan hadir, hari les dan jamnya bisa diganti sesuai kesepakatan
bersama.
Muhammad Fakhri's Performance_Indonesia National Piano Festival |
Rundown
INPF:
08.30-09.00
: Preparatory
09.00-10.00
: Beginner
10.00-10.30
: Free Selection B
10.30-11.30
: Free Selection C
11.30-12.00
: Intermediate
12.00-13.00
: Break
13.00-13.30
: Kinder & Free
13.30-14.00
: Elementary
14.00-15.00
: Advanced
15.00-16.00
: Free Selection D
16.00-17.00
: Free Selection E &F
17.00-19.00
: Break
19.00-19.30
: Closing Ceremony
Para
peserta diharap hadir 1 jam sebelum tampil.
Ini lho Ballroom
Mezzanine-nya. Mewah dan keren pastinya. Eeeiiittss, jangan salah, teman-teman
;) Pada saat peserta memainkan grand piano, cahaya lampu tidak terang seperti
yang tampak pada foto ini.
Beberapa lampu sinar kuning hanya dinyalakan di
sekitar panggung saja. Lihat foto teratas. Semua jendela pun tertutup tirai.
Jadi begitu masuk ke dalam ballroom, cahaya fokus di depan panggung saja.
Pintu masuk dijaga 2 orang panitia. Siapa pun yang hendak keluar masuk ruangan ada waktu-waktu tertentu kapan boleh dan tidaknya. Hhhhmmm... Kata petugasnya,"Sedang ada yang main pianonya."
Pintu masuk dijaga 2 orang panitia. Siapa pun yang hendak keluar masuk ruangan ada waktu-waktu tertentu kapan boleh dan tidaknya. Hhhhmmm... Kata petugasnya,"Sedang ada yang main pianonya."
Begitu dentingan piano
usai, baru deh kita dipersilakan masuk. Menurut kabar, peserta hari itu ada
sekitar 300 orang lho. Para peserta sangat antusias mengingat bahwa INPF ini
diadakan per dua tahun sekali.
Foto Mezzanine Ballroom Hotel Aryaduta Jakarta |
Fakhri itu jam
tampilnya di siang hari yaitu pukul 13.00. Masuk kategori Kinder B dan lagu
yang akan dimainkan adalah "Ode to Joy" karya seorang legenda musik
dunia yakni Ludwig van Beethoven. Lagu ini kebetulan dipilihkan oleh Kak Nadia
Alifazuhri Mujito, sang guru les. Ode to Joy konon merupakan simfoni terakhir
yang tak sempat didengar oleh Beethoven. Penasaran? Nanti akan diulas di
kesempatan lain ya. Kembali ke acara INPF yuk.
Aku, papanya
anak-anak berserta teteh Rafa Shahira (kakak Fakhri kini kelas 6) dan Fakhri
berangkat dari rumah pukul 10.00. Langsung menuju hotel berbintang lima
tersebut dan woooowww begitu penuh tempat parkirnya. Kupikir, ini pasti
kendaraan para tamu hotel plus peserta festival pianonya.
Alhamdulillah
akhirnya kami dapat lahan parkir juga. Kami janjian dengan Kak Nadia di lantai
2 untuk registrasi ulang dan mendapatkan kartu tanda pengenal untuk dikalungkan
di leher Fakhri.
Anak yang mau tampil
kok malah mamanya yang ikutan deg-degan? Hehehe...Kelihatan sih dari auranya si
gempal cemas dan khawatir. Grogi lah, demam panggung dan lain-lain bercampur
jadi satu. Maklum, ini kan penampilan perdananya.
Sebelumnya sih belum pernah
sama sekali. Kurang lebih pukul 13.00 anak-anak yang masuk kategori Kinder A
dan B dipanggil satu per satu memasuki ballroom.
Ya, mereka belajar mandiri.
Kita sebagai orangtua masuk belakangan setelah mereka duduk manis di sisi kanan
panggung. Rasanya ingin peluk-peluk Fakhri terus. Papanya kasih jempol
pertanda'"Bagus, Fakhri pasti bisa". Aku pun begitu. Air mukanya
menunjukkan rasa takut, tidak percaya diri seperti mau menangis, tapi
alhamdulillaah dia mau juga duduk bersama peserta Kinder lainnya.
Akhirnya
penonton dipersilakan masuk deh. Bismillah ya, Nak. By the way, lihat deh itu
ada anak kecil berbaju motif polkadot wuuuiiihh mantappp ya rambutnya bisa
sepanjang itu. Berarti anak dan mamanya sama-sama orang sabar hehehe.
Muhammad Fakhri's Performance_Indonesia National Piano Festival |
Muhammad Fakhri's Performance_Indonesia National Piano Festival |
Muhammad Fakhri's Performance_Indonesia National Piano Festival |
Singkat cerita, tiba
lah nama anakku dipanggil naik pentas. "Untuk kategori Kinder B, peserta
nomor satu, Muhammad Fakhri". Haduuuuhhh...aku berpikir, bagaimana ya
perasaannya? Semakin bergemuruhkah detak jantungnya? Ah, semoga kamu tak panik.
Perasaan cemasku luruh sedikit demi sedikit begitu melihat langkah kaki
ayang Fali tegap gagah berani. Ia menuju tengah panggung, berdiri menghadap
para juri dan penonton, lalu memberi salam hormat dengan membungkukkan badannya
ke depan. Eng ing eng.....mulai! Bismillaah.
Lagu berdurasi hampir
1,5 menit itu pun mengalun. Meskipun mungkin tidak sempurna secara teori dan
praktek saat latihan, tetapi bagi kami hari itu hingga kini Fakhri menambah
kebahagiaan dan rasa percaya dirinya. Terlebih untuk keluarga, kami bangga
sekali pada Fakhri. Kecup-kecup dan peluk-peluk Fakhri deh.
Setelah selesai
tampil, kembali salam hormat dan turun dari panggung. Aha! Kini ia bisa
tersenyum lebar, meskipun tidak selebar daun kelor hahaha. Tawanya lepas.
Sempurna. Alhamdulillaah. "Tadi tepuk tangan penontonnya banyak gak buat
Fakhri?", tanyanya penasaran. "Iya dong, banyak sekali, Nak".
Alhamdulillaah. Teteh Rafa pun ikut senang. Papanya bilang,"Nanti kalau
ada rezeki papa beliin piano buat Fakhri ya, buat teteh Rafa juga nanti latihan
oke". Aamiin.
Baca juga: 'Penampilan Teteh Rafa Bermain Piano di Indonesia National Piano Festival'.
Di rumah adanya keyboard Yamaha jadoel alhamdulillaah pemberian Uwa Yuli di Malang. Sejak beli baru dahulu sampai satu tahun belakangan dihibahkan ke Fakhri, keyboard itu nyaris tak tersentuh oleh tangan-tangan anggota keluarganya. Jadi, masih terbilang bagus lah. Mari menabung buat beli piano!
Baca juga: 'Penampilan Teteh Rafa Bermain Piano di Indonesia National Piano Festival'.
Di rumah adanya keyboard Yamaha jadoel alhamdulillaah pemberian Uwa Yuli di Malang. Sejak beli baru dahulu sampai satu tahun belakangan dihibahkan ke Fakhri, keyboard itu nyaris tak tersentuh oleh tangan-tangan anggota keluarganya. Jadi, masih terbilang bagus lah. Mari menabung buat beli piano!
"Yuk, kita
makan-makan!", ajak Fakhri. "Iya nih, kita sudah lapar", sambung
teteh Rafa. Kami memutuskan makan di Stasiun Gambir. Jaraknya lumayan sangat
dekat dengan hotel. Banyak sekali pilihan makanan dan minuman di sana. Lihat sana-sini,
ujung-ujungnya ke Solaria dan Mc D saja lah plus Breadlife weleh-weleh perutnya
pada kempes ya di ballroom kedinginan? 😂
Seperti biasa, menu
favorit aku, anak-anak dan papanya yaitu Chicken Cordon Bleu dan kwetiau siram
dan lain-lain. Lumayan bisa istirahat berlama-lama di sana sambil menunggu
pengumuman pemenang per kategori untuk mendapatkan piala dan sertifikat.
Sebelum adzan Maghrib kami sudah tiba kembali ke hotel untuk siap-siap sholat
Maghrib. Sengaja supaya tidak antri karena mushola dekat lobi berukuran kecil
maksimal lima hingga enam orang dewasa. Mushola di basement lumayan
besar ukurannya.
Singkat cerita,
akhirnya saat yang ditunggu-tunggu seluruh peserta pun tiba. Direktur INPF
memberi sepatah dua patah kata. Beliau mengapresiasi effort dan
antusiasme seluruh peserta yang kali ini lebih dari biasanya. Ada
penjelasan mengapa ketika anak-anak Kinder A dan B tampil, cahaya lampu hanya
ada di lampu panggung saja, alasan tirai jendela sengaja ditutup semua dan
sebagainya.
Ternyata memainkan alat musik seperti piano itu tidaklah mudah,
butuh tingkat konsentrasi tinggi. Jika ada sedikit saja mengganggu peserta yang
sedang tampil, maka akan ada efek negatif misalkan lupa tiba-tiba, grogi,
sehingga konsentrasi buyar.
Fakhri memperoleh Silver
Award. Urutan nilai tertinggi adalah platinum kemudian gold
dan silver. Dewan jurinya yaitu Bapak Firdi Salim dan Ibu Brigifine. E.
Syams. Komentar para juri yang dituliskan di kertas adalah, " Usahakan
untuk memainkan melodi dengan legato sehingga tidak terputus-putus. Perhatikan
penggunaan pedal. Tangan kiri bisa lebih lembut, melodi di tangan kanan bisa
lebih jelas dan ekspresif".
Ini dia tangan-tangan
kecil Fakhri sedang memegang piala dan serifikatnya. Seperti ini penampakannya,
teman-teman:
Fakhri Meraih Silver Award di Indonesia National Piano Festival |
Silver Award Buat Fakhri |
Piala Silver Award Fakhri |
Sebagai penutup, Kami
mengajak Kak Nadia pulang bersama. Sudah larut malam. Sudah lelah. Apalagi Kak
Nadia sejak pagi sudah tiba terlebih dahulu di hotel. Pasti paling lelah.
Mengurusi 6 anak didiknya yang tampil di festival kali ini. Total keseluruhan
murid privatnya ada 17 orang mulai 3 tahunan hingga usia lanjut seperti nenek,
begitu teman-teman. Kak Nadia yang mana sih? ;) Nantikan cerita tentang Lagu
Ode to Joy dan Kak Nadia di postingan berikutnya.
Terima kasih Ya Allah atas
segala kebaikan dan kebahagiaan yang telah Engkau berikan. Terima kasih
teman-teman sudah menyempatkan waktu membaca tulisanku ini.
Silakan
beri komentar di bawah ini. Terima kasih sudah mampir dan membaca tulisan saya.
Saya akan berkunjung balik ke blog
teman-teman. Sampai jumpa!😀
Muhammad Fakhri's Performance_Indonesia National Piano Festival |