Daftar Isi [Tampilkan]
Ketahanan pangan, daya saing pertanian dan industri makanan masih menjadi fokus utama Pemerintah Indonesia. Hal ini disebabkan masih terdapat sejumlah tantangan diantaranya peningkatan produktivitas pangan di tengah jumlah populasi yang terus meningkat. Dengan semangat "Together We Go Far and Fast" Rakornas KADIN membahas tentang daya saing pertanian dan industri pangan/ makanan agar mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan teknologi canggih.
Teman-teman mungkin banyak yang belum tahu jika ternyata populasi dunia di tahun 2045 diperkirakan akan menembus angka 9 miliar jiwa lho. Wah, peningkatannya tajam sekali ya! Sedangkan populasi penduduk Indonesia akan mencapai 350 juta jiwa. Apakah negara kita sanggup mencukupi kebutuhan pangan di tahun-tahun mendatang?
Berada di Bali Room - Rakornas KADIN |
Rakornas KADIN Fokus Pada Produktivitas, Daya Saing Pertanian dan Industri Pangan
Alhamdulillaah pada Hari Selasa, 5 November 2019 lalu saya berkesempatan menghadiri acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dengan tema “Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Pangan di Bali Room Hotel Indonesia Kempinski Jakarta. Dalam rapat tersebut dibahas tentang rekomendasi kepada pemerintah upaya meningkatkan produktivitas dan daya saing pertanian juga industri pangan. Selain itu juga mengkoordinasikan program kerja dunia usaha dan pemerintah ke depannya.
Rakornas Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dibuka secara resmi oleh Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bapak Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro dan dihadiri oleh narasumber sebagai berikut:
- Ibu Siti Nurbaya Bakar selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
- Bapak Rosan P. Roeslani selaku Ketua Umum KADIN
- Bapak Franky O. Widjaja selalu Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan.
- Bapak Juan P. Adoe selaku Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan.
- Bapak Franky Welirang selaku Ketua Pelaksana Rakornas.
- Ibu Musdhalifah Machmud selaku Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian.
- Bapak Arief Rachmat selaku Ketua Komite Tetap Kehutanan.
- Bapak Franciscus Welirang selaku Ketua Komite Tetap Ketahanan Pangan KADIN
Rakornas Kadin (Foto: Creative & Production Team Sinar Mas) |
Tantangan Pembangunan Pertanian
- Perubahan iklim bisa menyebabkan gagal panen yang berakibat pada kelangkaan atau krisis pangan.
- Kondisi perekonomian global. Terjadi pelemahan nilai tukar rupiah, harga produk dan biaya produksi menjadi lebih mahal. Perlambatan pertumbuhan ekonomi berdampak pada pelemahan ekspor.
- Gejolak harga pangan global. Harga pangan yang berfluktuasi akibat perubahan iklim sehingga harga panen menjadi mahal.
- Bencana alam yang berpengaruh pada kemampuan dan ketersediaan pangan sering terganggu.
- Peningkatan jumlah penduduk melebihi kapasitas lahan yang tersedia.
- Aspek distribusi Indonesia sebagai negara kepulauan. Diperlukan aksesabilitas dan sarana transportasi yang lebih efisien.
- Laju urbanisasi yang tinggi membuat generasi muda cenderung meninggalkan pedesaan/ pertanian, sehingga sektor pertanian menjadi kurang diminati generasi penerus.
Sedikitnya ada 200 peserta yang berkumpul di Rakornas ini untuk
bersama-sama merumuskan rekomendasi untuk mensinergikan program dunia
usaha dengan pemerintah. Ketua Pelaksana Rakornas, Bapak Franky Welirang
mengatakan ,”Selain melibatkan Dewan Pengurus KADIN seluruh Indonesia
di sektor agribisnis, Rakornas juga menghadirkan para pemangku
kepentingan lainnya seperti pemerintah, asosiasi dan himpunan bisnis,
petani, korporasi, perbankan dan lembaga keuangan hingga anggota
parlemen dan lainnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan, Bapak Juan P. Adoe menekankan pentingnya pertumbuhan investasi di subsektor pangan. Juga perlunya infrastruktur pembiayaan perbankan yang lebih inovatif dan kreatif, sehingga mempermudah akses permodalan kepada petani dan peternak dengan skema perkreditan yang lebih kompetitif dan dapat nenciptakan nilai tambah keuntungan bagi petani dan peternak.
Data Kementerian Perindustrian menyebutkan sektor makanan menjadi penyumbang utama penanaman modal dalam negeri (PMDN) seniiai Rp 7,1 triliun, dan kedua terbesar penanaman nodal asing (PMA) senilai US$ 376 juta pada kuartal l/2019. Pada periode-periode sebelumnya, sektor makanan juga menjadi salah satu kontributor utama investasi, terutama untuk PMDN. 'Kita harapkan investasi di sektor pangan terus tumbuh, tentunya ini perlu didorong dengan kebijakan fiskal dan insentif yang baik, karena akan berpengaruh banyak pada keberlanjutan pertanian dan industri makanan,” kata Pak Juan.
Peningkatan Produksi Pangan, Perbibitan dan Perbenihan Serta Edukasi Pada Petani
Menurut Bapak Franky O. Widjaja, peningkatan produksi pangan memerlukan bibit tanaman pangan yang unggul dan berproduksi tinggi. Pada kenyataan sehari-hari, bibit dan benih yang beredar sangatlah beragam. Masih banyak yang belum memiliki standar malah terkadang hilang dari pasaran. Inilah yang menjadi persoalan yang berefek pada harga yang cukup mahal dan banyaknya impor bibit untuk memenuhi kekurangan pasokan. Padahal tidak sedikit bibit impor yang tidak sesuai dengan kebutuhan para petani.
Pemerintah harus mengeluarkan payung kebijakan yang mengatur tentang perbibitan dan perbenihan komoditas pangan secara nasional agar dapat terkoordinasi mulai dari pengadaan, pendistribusian, penyimpanan hingga cara menanamnya. Selain itu, pemerintah juga perlu menumbuhkembangkan industri perbibitan dan perbenihan dengan memberikan insentif khusus. Perlu diperhatikan mengenai tata dagang (distribusi) bibit dan benih yang baik serta penangkar benih yang terlatih dan tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, sehingga bibit dan benih mudah didapat dengan harga terjangkau.
Adapun edukasi kepada petani soal penggunaan pupuk berimbang untuk sejumlah komoditas terbukti harus tetap diupayakan karena berhasil meningkatkan produktivitas pertanian. Pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat juga semakin penting untuk mentransformasi pertanian nasional di tengah perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan kenaikan suhu yang cenderung meningatkan hama tanaman dan merubah pola curah yang berdampak pada menurunnya produksi pangan.
Di sisi lain, sistem perdagangan pangan global yang semakin terbuka menyebabkan harga produk pangan di dalam negeri ikut terpengaruh. Kondisi ini menyebabkan harga komoditas pangan strategis menjadi berfluktuasi. Terkait hal ini, Franky menekankan pentingnya menciptakan ekosistem iklim investasi ketahanan pangan yang baik agar sektor pertanian nasional mampu meningkatkan daya saingnya dalam persaingan internasionai yang semakin dinamis dan kompetitif.
Baca: Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Final 0,5% Bagi UMKM
Baca: Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Final 0,5% Bagi UMKM
Petani Adalah Pengusaha di Bidang Pertanian
Menristek Bapak Bambang Brodjonegoro (Foto: Creative & Production Team Sinar Mas) |
Menteri Riset dan Teknologi Bapak Bambang Brodjonegoro mengutarakan pandangannya agar petani Indonesia merubah pola pikir terkait petani. “Yang dimaksud dengan petani adalah pengusaha di bidang pertanian”, begitu kata beliau. Mengapa demikian? Hal ini dilakukan untuk mengurangi dikotomi antara pengusaha dan petani. Dikotomi ini telah membuat petani seolah-olah tidak bisa melakukan usaha.
Anggota KADIN memang perusahaan-perusahaan besar yang skalanya beragam, mulai dari mikro, kecil, menengah dan besar. Akan tetapi KADIN yang berada di daerah bisa melakukan kerjasama dengan para petani di daerah. Sebagai contoh, kerjasama dalam hal lahan. Dengan melibatkan petani daerah dalam berusaha maka manfaatnya bisa dirasakan bersama.
Ada yang mesti diubah agar kita dapat mencari solusi terbaik untuk meningkatkan taraf hidup petani, mencukupi ketahanan pangan agar produk dapat bersaing di pasaran. Petani harus mengubah mind set untuk tidak hanya sebagai pekerja di lapangan, namun sebagai pengusaha di bidang pertanian.
Selain itu pemanfaatan teknologi untuk sektor pangan harus diterapkan untuk menghadapi tantangan yang ada.
Pak Bambang bercerita ketika beliau berkunjung ke BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional). Terdapat intervensi pendekatan nuklir yang dimanfaatkan untuk menghasilkan beras berkualitas tetapi tetap aman dikonsumsi masyarakat. “Bapak-bapak dan ibu-ibu tak usah khawatir. Hal ini adalah bagian dari riset dan inovasi yang sudah biasa dilakukan. Artinya makan beras tidak akan membuat bapak dan ibu terkena radioaktif ya, sudah sangat aman”, ujar Pak Bambang.
Tak hanya beras tetapi juga kedelai sebagai bahan pembuatan tempe, bisa diintervensi oleh nuklir. Dengan demikian kedelai local bisa ditingkatkan produktivitasnya dan kualitasnya pun membaik. Penggunaan teknologi di sector pangan ternyata bisa mengurangi ketergantungan impor. Contohnya saat ini pengusaha masih mengimpor gandum sebagai bahan baku terigu. Dengan menggunakan teknologi yang ada maka kini kita dapat mengembangkan gandum tropis.
Penggunaan teknologi mampu memperbaiki kualitas produk kespor nasional. BATAN memanfaatkan teknologi nuklir untuk membersihkan bakteri pada buah-buahan sehingga layak diekspor. Hanya karena lalat buah, produk buah Indonesia gagal tembus ekspor. Nah, kini ada teknologi nuklir yang bisa membersihkan buah-buahan sehingga bisa dieskpor.
Rakornas KADIN (Foto: Creative & Production Team Sinar Mas) |
Rapat Koordinasi Nasional KADIN 2019 Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan Bersama dengan Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan
Rakornas KADIN (Foto: Creative & Production Team Sinar Mas) |
Ketahanan Pangan
Dalam UU No. 18/ 2012 Tentang Pangan, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.
Peningkatan Produktivitas Pangan
Peningkatan produksi membutuhkan bibit tanaman pangan yang unggul dan berproduksi tinggi yang didukung oleh ketersediaan serta penggunaan pupuk yang berimbang, melibatkan sumber daya manusia yang terlatih dan berkualitas, pemanfaatan teknologi tepat guna, kehadiran lembaga yang menjamin penyerapan atau pembelian hasil panen, dukungan system pendanaan yang terbuka dan inklusif berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Bibit Unggul
Industri pembibitan dan perbenihan mesti dikembangkan dengan menyediakan insentif khusus bagi lembaga yang berkomitmen melakukan penelitian dan pengembangan pembibitan. Selain itu dibutuhkan pula kehadiran regulasi yakni standarisasi pemuliaan bibit yang bersifat terbuka sehingga potensi masyarakat dan petani dalam perbibitan tanaman pangan local dapat terus turut menjadi kontributor pecapaian ketahanan pangan nasional
Teknologi Pertanian 4.0
Sejak 4,5 tahun lalu Kementerian Pertanian telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk berbagai alat dan mesin pertanian seperti autonomous tractor, drone sebar benih, drone sebar pupuk granule, alsin panen olah tanah terintegrasi dan penggunaan obat tanam. Pendekatan teknologi semacam ini tetap dapat berlangsung beriringan dengan teknologi berbasis kearifan lokal seperti pola tanam jajar legowo pada padi sawah dan jarak tanaman hortikultura di mana jarak tanam yang sesuai akan mampu meningkatkan produktivitas tanaman.
Perubahan Iklim
Perubahan iklim menyebabkan kenaikan suhu yang mengakibatkan penyimpangan cuaca dan meningkatkan potensi serangan hama tanaman. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya yakni menyediakan wahana berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung aktivitas pengelolaan lahan para petani atau pekebun. Contohnya adalah penggunaan citra satelit untuk memantau cuaca, sebaran titi panas dan titik api. Petani dilatih mampu menggunakan perangkat tersebut untuk mengurangi potensi terjadinya kebakaran laan yang disengaja maupun tidak.
Investasi dan Daya Saing
Dikutip dari Reuters, Indeks Daya Saing Global atau Global Competitivesness Index 4.0 dengan metodologi baru edisi 2018 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) di Jenewa, Swiss, pada 16 Oktober lalu menempatkan Indonesia di peringkat ke-45 dari 140 negara. China, Jepang, Amerika Serikat dan Negara-neraga Eropa mengurangi impor barang dari Indonesia karena factor perlambatan ekonomi.
Sistem perdagangan pangan dunia yang makin terbuka akibat pasar bebas menyebabkan harga produk pangan di dalam negeri ikut terpengaruh oleh situasi dan kondisi internasional. Hal ini termasuk ketersediaan dan distribusi di dalam negeri, menyebabkan harga komoditas pangan strategis seperti beras, kedelai, daging sapi, cabai dan bawang merah menjadi berfluktuasi.
Pemerintah diharapkan menciptakan iklim investasi berbasis agroindustri yang selain dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional juga dunia secara berkelanjutan melalui komoditas berdaya saing sekaligus mengey=diakan lapangan pekerjaan dalam skala besar.
Baca: Kriyanusa 2019 Hadirkan Pameran Kerajinan Lokal Indonesia Berkualitas Internasional
Baca: Kriyanusa 2019 Hadirkan Pameran Kerajinan Lokal Indonesia Berkualitas Internasional
Saat ini inovasi keuangan sangat dibutuhkan untuk mengatasi hambatan akses pembiayaan petani untuk mewujudkan program-program ketahanan p-angan oleh pemerintah. Meskipun telah ada model pembayaran yang cukup berhasil pada komoditas kelapa sawit, kendala geografis menyebabkan penerapannya pada komoditas pertanian maupun perkebunan lainnya cukup sulit. Bank maupun pembiayaan konvensional lainnya memerlukan dukungan inovasi Infrastucture Financing and Creative Financing berbasis teknologi financial yang inklusif, terbuka namun legal.
Fintech
Fintech atau Financial Technology merupakan teknologi dan inovasi untuk menciptakan lanskap keuangan yang lebih baik bagi konsumen dan bisnis. Inovasi baru ini mampu menjadi solusi bagi keterbatasan jangkauan layanan keuangan tradisional selama ini karena mampu menaklukkan keterbatasan topografi, menjangkau wilayah yang lebih terpencil. Saat ini sudah ada lebih dari 150 start up Fintech di Indonesia dengan pertumbuhan sebanyak 78% sejak 2015.
Layanan Fintech Microfinancing menyediakan layanan keuangan bagi masyarakat yang belum memiliki akses ke institusi perbankan. Perkembangan Fintech terbilang pesat terbukti dengan nilai transaksi yang terus melonjak, terutama peer to peer lending.
Baca: Digital Marketing 'From Trend to Necessity' Bersama IndonesiaX
Baca: Digital Marketing 'From Trend to Necessity' Bersama IndonesiaX
Strategi Peningkatan Daya Saing Sektor Pertanian
Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan petani melalui peningkatan ketersediaan informasi dan data, pengembangan inovasi dan teknologi serta perluasan jaringan pasar.
Singkronisasi kebijakan dan regulasi di setiap kementerian/ lembaga terkait agar berjalan dengan tujuan yang sama.
Menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk sector pertanian melalui reformasi birokrasi dengan memberikan kebijakan pelayanan prosedur perizinan, investasi, ekspor yang dilakukan dengan tiga prinsip cepat, mudah dan murah.
Rakornas KADIN (Foto: Creative & Production Team Sinar Mas) |
Perbaikan infrasturktur dan perbaikan rantai pasok (supply chain management) agar tercipta rantai pasok yang stabil dan bisa menjamin kepastian ketersediaan barang. Membangun industri hilir melalui pengembangan agroindustri yang idealnya dibangun di wilayah pedesaan dengan didukung oleh riset dan inovasi.
makasih sharingnya bermanfaat
ReplyDeleteSama2, bun 😊
DeleteBahas tentang Bahan pangan, tidak lengkap rasanya jika tidak mengupas tentang pertanian dan juga nasib petaninya. Dengan perkembangan industri yang pesat, pertanian kerap diabaikan
ReplyDeleteIya, mbak Muna. Petani merupakan pahlawan bangsa yang taraf perekonomiannya harus ditingkatkan. Petani juga mesti memiliki wawasan dan pengetahuan iptek supaya laju pertanian kita makin maju :)
DeleteSaya juga bisa mprediksi lahan pertanian akan habis puluhan tahun ke depan kalau tidak ada sosialisasi ke daerah-daerah dari pemerintah.
ReplyDeleteDi desa saya kabupaten kuantan Singingi kecamatan Sentajo raya.saya sangat menyayangkan hutan di tebang lalu di rubah menanam kelapa sawit,pohon karet berkurang sangat kecewa sebenarnya kenapa kok seperti hutan pohon karet di tumbang ganti sawit.
Jadi tu ibaratkan kondisi adem dulunya jadi panas mbak,Apalgi waktu kemarau cepat kali habis airnya.
Jadi bagaimana peran kita agar alam itu imbang,Bagaimana supaya kedepannya petani-petani memikirkan lebih baik menanam sayuran atau cabe,padi gandum sejenisnya sehingga jangan untuk lahan sawit semua gitu mbak?
Menset orang sini mbak enak nanam sawit karena perawatannya simpel pemanenannya dua Minggu sekali itu mbak.
Halo, Mas Rohimar :) Semoga hal2 yang disampaikan ini dibaca dan diberi solusi terbaik oleh pemerintah khususnya agribisnis. Oh begitu ya biasanya pohon karet yang ditanam? Kini lebih sering kelapa sawit, begitu? Memang sih sayuran, cabai, padi dll itu ya harus juga ditanam biar seimbang. Toh untuk hajat hidup orang banyak ya.
DeleteSemoga saja lahan pertanian tidak semakin tergusur dengan pembangunan perumahan. Karena, di JADETABEK saja, lahan pertanian sudah banyak yang hilang dan berganti dengan gedung-gedung. Berharap banyak dengan pemerintahan saat ini agar mau mengambil langkah pasti agar lahan pertanian tidak tergusur hingga berpuluh tahun ke depan nanti.
ReplyDeleteIni dia masalah lahan pertanian yang tergusur oleh infrastruktur pembangunan. Ini menjadi tantangan buat pemerintah juga supaya adil dan seimbang gimana caranya kan? Mau ga mau masyarakat butuh papan alias tempat tinggal. Sandang dan pangan tentu terus diupayakan sebaik2nya.
DeleteSemoga dengan ini, semua pihak sadar betapa pentingnya petani di negara sendiri dengan lahannya.
ReplyDeleteSedih rasanya lihat sawah dan kebun berubah bentuk jadi bangunan atau kebun milik perusahaan swasta.
Itulah perubahan zaman :( Menyedihkan tapi tergerus keadaan dan bisa jadi politik. Ranah ini abu2 juga ya aku pun ga paham beginian. Semoga ke depannya kita sama2 memahami semua kan demi kepentingan rakyat Indonesia :)
DeleteKalo liat data impor gandum, memang sangat tinggi sekali ya mba..
ReplyDeleteTapi yang mirisnya, kedelai saja impor. MMalah tinggi sekali. Padahal tempe itu panganan kita..
Iya, kita sedang mengupayakan supaya impor berkurang dan harus meningkatkan ekspor dengan bantuan teknologi tepat guna :)
DeleteSungguh baca ini aku jadi melek tentang agribisnis. Kirain pemerintah masih menutup mata dengan kemakmuran petani. Ternyata sudah banyak program yang dijalankan ya
ReplyDeleteTentu ga, mbak. Justru pemerintah saat ini semakin menyiapkan hal2 apa saja yang wajib dilakukan demi kecukupan pangan rakyat seluruh Indonesia :)
DeleteSetelah ini, aku langsung berpikir kira-kira masih adakah kesempatan untuk mewujudkan swasembada pangan yang sebenarnya? Karena, entah kok rasa-rasanya masalah ekspor-impor selalu jadi wacana yg ujung-ujungnya hanya angin lalu alias bakal impor terus, hiks.
ReplyDeleteSemoga aja, harapan harus selalu ada :) Ini sih ujung2nya politik juga ya urusan ekspor impor dan prosedurnya gimanaa gitu. Kasihan nasib petani2 kita.
DeleteKetahanan dan fokus pembangunan pasa Sektor Agribisnis akan membawa dampak banyak pada sektor lainnya. Dan fokus Kadin pada beberapa hal yang disebutkan pada Rakornas ini sungguh pas untuk dijalankan.
ReplyDeleteSemoga ke depan produktivitas, daya saing dan ketahanan pangan akan makin kiat
Semoga aja ya dengan kekuatan teknologi yang mumpuni turut membantu sektor agribisnis kita. Seperti yang dikatakan oleh Pak Bambang Menristek kan, produk negeri sendiri kudu mampu bersaing ekspor dengan negara lain.
DeleteKompleks ya kalau membahas tentang pertanian. Tetapi, memang saya berharap banget pertanian kita menjadi lebih maju. Kalau perlu bisa ekspor. Paling enggak bisa untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional dulu dan petaninya sejahtera
ReplyDeleteKepengen kayak dulu swasembada pangan. Kangen masa2 keemasan pertanian kita. Mudah2an dengan SDM kita yang hebat, negara kita tercukupi stok pangannya hingga ke tahun2 mendatang aamiin.
DeleteDi era industri 4.0, sektor pertanian haruslah lebih kreatif. Kita tidak bisa hanya mengandalkan cara lama, dan jangan sampai negeri agraris ini malah lebih banyak impor pangan, kan miris.
ReplyDeleteIya, maka dari itu peningkatan ekspor harus dipercepat, jangan kelamaan. Khawatir nanti impor lagi dan lagi. Ya, paling tidak impornya dikurangi signifikan lah. Kan di Indonesia banyak SDM berkualitas super :D
DeleteKlo di era revolusi industri 4.0 ini emang baiknya pertanian yg berbasis digital ya..
ReplyDeleteBanyak petani yg memasarkan produknya melalui aplikasi digital..
Petani juga harus megikuti jaman ya
Btw sukses buat KADIN, smg petani Indonesia juga smakin maju
Petani diberikan pelatihan2 mulai level dasar hinggal menengah aja dulu tentang pertanian berbasis digital. Step by step kan lama2 bisa.
DeleteDunia pertanian dan pangan kita sangat potensial. Mengingat negara kita masih banyak yang mengandalkan pada dunia pertanian. Apalagi jika dilihat aneka jenis produk pertanian dan pangan yang beraneka ragam, serta kebutuhan dunia yang besar. Dengan pengeloaan yang tepat, kemudian juga fokus kesejahteraan petani, dan pelibatan kaum milenial, gak mustahil ya kalo sektor pertanian kita bisa menjadi penyumbang GDP dan devisa ke negara paling tinggi.
ReplyDeleteKamu milenial saat ini benar2 dibutuhkan untuk dapat menyumbangkan suara, tenaga dan pikirannya untuk mengatasi hal demikian. Semoga pertanian Indonesia kini dan nanti bisa mencukupi kebutuhan pangan masyarakat ya. Kepengen bisa swasembada beras dll maju seperti kejayaan di tahun2 lalu aamiin :)
DeleteDi daerah sini (Bantul) sudah banyak banget sawah yg dijadikan perumahan. Setiap tahun sawah mulai berkurang. Anak2 muda juga lebih banyak yg pilih kerja kantoran daripada bertani di sawah. Kalo saya sebenarnya juga pengen bertani, tapi belum punya ilmunya
ReplyDeletedan yang jelas belum punya sawahnya. Hehehe
Ada baiknya para pemuda lulusan prgram studi yang berkaitan erat dengan pertanian turuin ke lapangan. Lebih bagus tinggal di pedesaan dan difasilitasi yang baik oleh pemerintah demi kemajuan pertanian kita ya.
DeleteJadi tahu perkembangan sektor pertanian di Indonesia.
ReplyDeleteYang paling berpengaruh memang faktor iklim, tahun ini Indonesia dilanda kemarau panjang bahkan air waduk pun sampai habis. Harus ada teknologi yang bisa membantu para petani mendapatkan akses irigasi supaya alur panen bisa terus berlangsung.
Pemerataan akses teknologi harus merata, sebab masih ada daerah yang belum tersentuh dan masih memakai sistem tradisional.
Iklim memang salah satu faktor pendukung maupun penunda hasil agribisnis kita. Sama sih di negara manapun iklim itu menentukan juga dengan hasil pertanian. Semoga dengan teknologi canggih kita bisa mengatasi hal ini dan makin maju peningkatan ekspornya.
Deleteinfrastruktur harus baik agar harga pangan stabil. saya ingat benar kalau salah satu alasan kenapa tomat mahal ialah karena ambil dr tempat jauh nan sukar dilalui
ReplyDeleteNah, itu dia. ALhamdulillaah kini infrastruktur di negara kita makin maju jadi memudahkan transportasi pengangkutan hasil pertanian ya.
DeleteMasha Allah ga kebayang di masa mendatang dunia penuh sesak. Semoga selalu ada solusi untuk pangan dunia terutama Indonesia
ReplyDeletePasti ada solusinya tinggal kita mau cepat bertindak atau tidak. Semoga wacana2 yang telah dirumuskan lekas direalisasikan deh aamiin :)
DeleteAku mau nyorotin fintech ah. Dulu emang fintech ini berkembang dengan harapan bisa memberi peluang buat org berbisnis, tapi sejalan dengan itu makin banyak org utang krn gaya hidup. Udah gtu makin banyak fintech abal2 yang ngeri banget bunganya. Makanya pas di seminar ini ditekankan lagi2 baliknya emang ke bank aja dna aku ngrasasetuju ke bank aja yang udah resmi atau ke fintech yg kerja sama dengan bank ini krn lbh aman kalau buat pebisnis
ReplyDeleteIya, mb April...Jangan sampai terjebak demgan pinjaman lain yang belum jelas asal usul dan prosedurnya kan kasihan petani2 kita 😊
DeleteSemoga petani Indonesia mendapatkan haknya atas semua jerih payah yang telah mereka lakukan. Bukan hanya sekedar menjadi buruh, padahal hasil pertanian merekalah yang membuat Indonesia makmur
ReplyDeleteIya, harus dong. Petani kan pahlawan kita juga :) Jerih payah mereka wajib diapresiasi dengan sangat baik demi kesejahteraan kehidupan keluarganya.
DeletePoin ke 7 ini iya banget. Bahwa banyak generasi muda yang enggan bertani. Jarang jarang banget emang kan ada anak kecil yang ditanya cita-cita nya apa trus jawab petani. Kalau semua orang nantinya nggak mau bertani trus gimana? Duh serem banget. Semoga nanti ada sesuatu yang baru yang menarik para generasi muda untuk bertani ya. Ini acaranya keren banget semogamenumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa petani dan bertani itu perannya sangat penting
ReplyDeleteNah iya..kalau di luar negeri itu yang namanya petani kan makmur ya banyak yang bwrhasil...istilahnya orang kaya lah. Di Indonesia juga banyak sih yg kaya cuma kebanyakan masih jauuug tingkat perekonomiannya. Makanya udah jaraaang malah hanpir ga ada anak yang bercita2 jadi petani. Semoga pemerintah mampu mengatasi hal demikian dan menambah semangat masyarakatnya ini.
DeleteKalau bicara Kadin pasti aku dulu akan bicara juga Bulog hahaha kaitannya dekat banget. Tapi gemah ripah lojinawi udah nggak lagi deh. Jauhhhhh hahaha
ReplyDeleteSiapa tau kita bisa mencapainya lagi aamiin 😊😊
DeleteWaduh ini bahasannya berat banget ya.. xixixi.. prediksi populasi oenduduk indo sampai 300jtan. Banyak juga ya. Mgkn kalau daya saing bisa kita akali dan siasati, tapi kalau bencana alam ini yg ga bisa kita duga. Soalnya bencan alam kan bisa merusak lahan yang luas.
ReplyDeleteHahaha berat iyaa sih soapnya urusan seluruh rakyat Indonesia dengan beribu pulau dan segala keanekaragamannya 😁😁 Makanya dibutuhkan teknologi super canggil untuk bisa meningkatkan ekspor, mengurangi impor, sekaligus mampu mencukupi stok pangan di negara kita aamiin. Kalau bencana alam itu memang tidak bisa terelakkan ya, yang penting kita tawakal saja dulu.
DeleteWaw.. Panjang yaa.. Semoga dengan ini, pemerintah bisa meningkatkan produksi pangan kita yaa. Bener jadi bisa ekspor serta memenuhi kebutuhan pangan negeri sendiri. Beneran harus mengubah mindset yaa kalau petani adalah pengusaha bidang pertanian.
ReplyDeletePasti bisa in sya allah jika kita semua bersama pemerintah turut mendukung program2 yang dirumuskan lalu direalisasikan 😊😊
Deleteagriculture 4.0 itu adaptasi dari tenaga manusia ke otomatisisasi technology wow menarik petani-petani bakalan tambah pinter nih dia juga bisa belajar dari digital media tentang cara bercocok tanam dan lainnya...sukses acaranya mba hehe
ReplyDeleteIya dong, tentu para petani kita harus makin canggih dlm penggunaan agriculture 4.0 😊
DeleteNah daya saing di dunia pertanian ini yang butuh perjuangan karna minat orang untuk jadi petani satu sisi juga kurang, mba
ReplyDeleteSudah sangat berkurang, bahkan jaraaan sekali anak2 bercita2 menjadi petani. Ironis ya...
DeleteBerat banget ini bahasannya. Semoga ke depannya masa depan para petani lebih baik dan Indonesia tidak perlu impor produk pertanian ya.
ReplyDeleteBerat memang, tapi lebih berat rindu pada Dilan 😂😂 Aamiin. Kurangi impor, tingkatkan ekspor.
DeleteDaya saing pertanian memang harus terus ditingkatkan, karena bagaimanapun juga negara kita merupakan negara agraris, bahan pangan bisa didapatkan dari negara sendiri, tinggal masalah kualitas dan daya saing ya mbak, mau atau tidak bersaing dengan global, jika bisa jadi raja di negara sendiri dan bisa eksport ke negara lain kenapa tidak ya mbak
ReplyDeleteBenar sekali. Hatus mau dan bisa bersaing tentunya produk2 Nusantara kita di kancah internasional. Butuh teknologi tepat guna untuk meningkatkan hal ini 😊
DeleteUlasannya bikin melek banget Mba... setuju banget, kita harus concern sama produktivitas hasil pertanian, karena jangan sampai beberapa tahun ke depan kita malah akan impor yaaa...
ReplyDeleteIya, jangan bangga kalau kita makan beras impor. Banyak orang pintar di bidang pertanian, teknologi dsb yang semoga saja bisa menkngkaykan produktivitas agribisnis negara kita aamiin.
DeleteAku dulu penelitian di BATAN soal penggunaan teknologi nuklir untuk meningkatkan kualitas pakan ternak tapi tetap terjangkau sehingga kualitas hewan ternak juga meningkat. Semoga hasil penelitian itu terpakai untuk bisa meningkatkan produktivitas pertanian kita. Yang kaya gini nih mesti banyak di share ya mbak, biar masyarakat juga sadar dan paham dan bisa mendukung juga.
ReplyDeleteBenar sekali 😊 Pemerinyah sedang berupaya agar teknologi canggih bisa membantu meningkatkan produktivitas pertanian. Siapa tau bisa pakai nuklir ya hehehe... 😊 Sosialisasi dan reward buat masyatakat mesti ada secara hencar ya.
DeleteAku setuju banget kalau petani harus mengubah mindset bahwa mereka adalah juga pengusaha. Karena petani ini kan ujung tombak produksi pangan ya, pemerintah dan kita semua harus memotivasi para petani lokal agar mereka bisa meningkatkan taraf hidup & kualitas produksi pangan
ReplyDeleteBetul sekali 😊 Jangan berpikir menjadi petani itu miskin dll dst. Mereka kan berjuang demi bangsa. Maka tingkat perekonomian petani seharusnya maju dong ya. Semoga saja taraf kehidupan mereka bisa meningkat aamiin.
DeleteEbuset dah, gara2 lalat buah bisa batal ekspor ya. Indonesia memang tanahnya subur, moga tanah kita mampu menghasilkan sayur dan buah yang siap ekspor ya. Biar petani Indonesia pun makmur.
ReplyDeleteIyaaaa Nit, kan lalat tuh setiap hinggap di manapun setahuku dia paati BAB... makanya kudu bebas binatang dll produk2 ekspor kita 😊
Delete