Homeschooling kini sudah bukan hal baru di Indonesia. Tak sedikit anak-anak yang belajar melalui homeschooling yang bisa sukses menggapai cita-citanya. Metode pembelajarannya hampir sama dengan di sekolah formal, namun tentu ada perbedaan signifikan. Yuk, simak bersama bagaimana proses belajarnya!
Sekilas Tentang Homeschooling
Sekolah rumah atau homeshcooling merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan/ informal. Homeschooling dilakukan di rumah, namun bukan berarti segala kegiatannya selalu di rumah. Siswa dapat belajar di alam bebas seperti di laboratorium, tempat wisata, perpustakaan, museum dan sebagainya.
Kunci utama homeschooling adalah kesanggupan orang tua dalam menemani anak belajar. Anak yang homeschooling berada di bawah pengarahan orang tua dan tidak dilaksanakan di tempat formal seperti sekolah negeri dan sekolah swasta, atau di institusi pendidikan lain dengan model kegiatan belajar terstruktur dan kolektif.
Sekolah rumah ini juga bukan bimbingan belajar yang diselenggarakan di sebuah lembaga, melainkan model pembelajaran di rumah dengan prang tua sebagai penanggung jawab utama. Peran orang tua sangat besar, bisa sebagai guru atau mendatangkan guru pendamping jika dibutuhkan.
Kelebihan Homeschooling
Apa saja sih kelebihan atau manfaat yang didapatkan dengan sistem pembelajaran homeschooling?
- Homeschooling dapat menyesuaikan dengan kebutuhan anak serta kondisi orang tua.
- Memaksimalkan potensi anak sejak usia dini.
- Anak memiliki peluang untuk bisa mandiri dan kreatif secara individual yang tidak diperoleh dari sekolah formal pada umumnya.
- Lebih mudah bersosialisasi/ pergaulan dengan orang tua serta orang yang berbeda usia.
- Materi pembelajaran merupakan kegiatan sehari-hari.
- Biaya pendidikan lebih fleksibel disesuaikan dengan kemampuan orang tua.
Homeschooling dan Kemandirian Anak dalam Belajar
Alhamdulillaah, pada hari Sabtu, 16 Desember 2023 lalu aku berkesempatan mengikuti webinar melalui zoom yang bertema “Homeschooling dan Kemandirian Anak dalam Belajar” bersama Cilya Marthalena. Beliau adalah blogger yang juga berprofesi sebagai konsultan bisnis biro traveling dan umrah, pengusaha obat-obatan herbal, produsen madu, pebisnis butik dan masih banyak lagi. Kebetulan ketiga buah hati beliau mengikuti homeschooling semenjak pandemi.
Pembahasan homeschooling sangat menarik. Aku jadi dapat pencerahan soal pembelajaran anak, yang ternyata tak melulu dilakukan di rumah. Mbak Cilya bercerita alasannya memilih homeschooling untuk anak-anaknya serta tantangan yang dihadapi selama ini. Dipandu oleh tim Sinotif, mbak Cilya pun sharing kepada kami.
Webinar Homeschooling dan Kemandirian Anak dalam Belajar |
Pada awalnya, sejak pandemi melanda Indonesia, ia tertarik dengan metode belajar-mengajar homeschooling. Di tahun pertama, anak-anaknya masih bersekolah formal. Mbak Cilya mencari tahu hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan dan semua secara rinci.
Tentu ia tak serta-merta menyuruh anak-anak langsung mengikutinya. Katanya, “Orang tua dan anak-anak harus berkomunikasi dengan baik. Tanyakan kepada anak-anak dan jelaskan secara detail soal homeschooling supaya mereka mengerti”. Ia memilih metode homeschooling dengan lembaga, bukan secara mandiri mengingat kesibukannya yang padat.
Tantangan Anak dan Orang Tua Soal Homeschooling
Menurut mbak Cilya, tantangan terbesar ketika anak akan homeschooling adalah dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Ada pertanyaan seperti, “ Kenapa sih pilih homeschooling? Untuk apa homeschooling? Homeschooling akan membuat anak menjadi kurang pergaulan alias kuper. Nanti sosialisasinya bagaimana?” dan lain-lain.
Sebenarnya metode belajarnya sama saja antara homeschooling dengan sekolah formal. Memang tidak ada pelajaran agama misalnya. Tetapi ada solusinya yakni memanggil guru agama ke rumah secara privat untuk mengaji, hafalan dan sebagainya, sehingga anak tetap dapat pembelajaran agama. Untuk pelajaran eksakta anak-anak ikut bimbel matematika.
Ia pun memerhatikan ketiga buah hatinya tidak kuper sama sekali. “Mereka menikmati cara belajarnya, tetap ada sosialisasi dengan teman-teman, tidak kuper maupun bermasalah. Ada yang aktif, interaktif, dan sosialisasinya bagus. Tetap memperoleh pendidikan terbaik, ada yang bergabung dalam kegiatan OSIS, dapat prestasi. Yang penting orang tua harus punya waktu memantau anak belajar di rumah’, katanya kemudian.
Generasi Z zaman sekarang rupanya tidak ingin orang tau memantau mereka over protective maupun over sharing. Anak-anak menyembunyikan update status, tak ingin berteman dengan ibunya di media sosial, hal ini wajar saja. Orang tua harus menjadi role model terbaik karena anak merupakan peniru yang ulung.
Tak menampik bapak dan ibu yang bekerja dan memiliki jenjang karier bagus maupun berbisnis semakin kurang waktu untuk family time, terutama memantau anak belajar. Carilah momen terbaik untuk berkomunikasi, mengobrol bersama anak misalnya saat sarapan. Di sela-sela kesibukan kapan saja kita bisa menyesuaikan waktu untuk berkumpu, bersenda-gurau bersama. Pastikan anak dalam keadaan good mood jangan seperti menginterogasi.
Apakah di homeschooling anak-anak dapat tugas berat seperti di sekolah formal biasa? Pada kurikulum merdeka biasanya ada proyek 3 kali seminggu seperti tugas budi pekerti, pembuatan video, kegiatan donasi, kesenian dan lainnya. Sama dengan sekolah formal hanya di homeschooling tidak memberatkan. Proyek tersebut di bidang pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan matematika.
Nah, seperti Sinotif yang memiliki laporan belajar anak ketika bimbingan belajar. Setiap selesai belajar ada evaluasi pembelajaran anak. Soal ijazah, anak homeschooling juga memperolehnya walau ada cara yang berbeda dibandingkan dengan anak bersekolah formal. Bahkan anaknya sudah ada yang kuliah, keren!
Baca:
Peluang Karier Desain Komunikasi Visual di Industri Digital
A Day in My Life with Rafa and Fakhri
Tips Rambut Anak Rapi dan Sehat
Bimbingan Belajar Sinotif
Sinotif adalah bimbingan spesialis eksakta yang secara khusus bergerak di bidang matematika, fisika dan kimia untuk siswa SD, SMP dan SMA bahkan mereka yang mempersiapkan diri memasuki jenjang kuliah. Selama lebih dari 20 tahun, Sinotif dengan tagline “Matematika, Fisika, Kimia Jadi Mudah dan Menyenangkan” mengembangkan diri untuk meningkatkan kinerjanya.
Sinotif didirikan pada tahun 2000 oleh Bapak Hendra Gunawan selaku Founder dan Bapak Anthonyus Kuswanto selaku Co-Founder yang sejak masa kuliah di Yogyakarta melihat perlunya perbaikan kualitas pendidikan serta peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia.
Visi dan Misi
Sinotif memiliki visi menjadi perusahaan pendidikan terbaik di dunia yang terus berinovasi dan mengikuti perkembangan teknologi di bidang pendidikan. Adapun misi Sinotif yakni berkomitmen untuk membangun, mengembangkan, serta mendorong generasi muda yang berkualitas, mandiri, dan mampu bersaing dalam dunia yang semakin kompetitif lewat inovasi di bidang pendidikan yang terus berkelanjutan.
Metode Pembelajaran Sinotif |
Sinotif Solusi untuk Orang Tua dan Siswa
- Bagi orang tua, Sinotif memiliki solusi untuk memastikan anak-anak bisa pelajaran matematika, fisika dan kimia.
- Orang tua tidak perlu pusing tentang pelajaran eksakta anaknya.
- Orang tua bisa fokus pada bisnis dan kariernya.
- Bagi siswa, Sinotif memiliki pemahaman konsep eksakta yang benar.
- Mendampingi siswa belajar yang bebas stres sehingga mereka bisa menikmati masa sekolah dengan nyaman.
- Membangun kepercayaan diri anak melalui kemenangan-kemenangan kecil dalam pelajaran eksakta yang relatif lebih sulit.
Sinotif Solusi untuk Orang Tua dan Siswa |
Sinotif Premier
Teman-teman, ada Sinotif Premier nih, di mana anak bisa belajar live dan interaktif tatap muka secara online.
- Premier Diamond: Layanan belajar privat 1 siswa dengan 1 guru, eksklusif dan bergaransi uang kembali.
- Premier Platinum: Belajar sesuai kebutuhan siswa dengan penanganan personal untuk 3-5 siswa.
- Premier Gold: Belajar bersama guru spesialis dengan modul lengkap dan sistematis biasanya 6-15 siswa dalam grup.
- Premier Silver: Belajar mandiri dengan bimbingan guru dan bebas tanya PR kapanpun.
Special Voucher |
Sudah cukup paham kan tentang homeschooling dan bimbingan belajar Sinotif? Untuk lebih jelasnya temanteman bisa menghubungi nomor hp/ WA di 0812-3645-8100 atau cek Instagram @sinotif.official ya. Ada coba gratis 1 kali, lho. Terima kasih dan sampai jumpa!
Dulu waktu awal-awal boomingnya homescholling, aku berpikir "ternyata bisa sekolah dari rumah dan sepertinya keren"
ReplyDeletePastinya ada alasan kenapa orangtua mereka memilihkan sekolah anaknya dengan cara homeschooling
senengngnya lagi kalau liat anak homeschooling tapi bisa bagi waktu dengan kegiatan yang lain dan berprestasi
Pasti ada alasan tersendiri bagi orang tua yang memilih pendidikan homeschooling buat anak-anaknya. Betul :)
DeleteMbak Nurul... Makasih udah sharing homeschooling. Betuuul homeschooling bukan berarti anak kuper, sosialisasi ya tergantung individu maupun kebiasaan keluarga. Bisa berteman di komunitas, les, dsb.
ReplyDeleteTrus... Orang tua bukan berarti jadi guru untuk semua pelajaran, bisa pakai expert seperti les di Sinotif.
Sama2, Helena. Iya, makanya peran orang tua sangat penting dan utama dalam homeschooling ya.
DeleteSalah satu alasan aku ga mau homeschooling krn ga yakin bisa memantau anak2' dan mengajari tiap saat. Tapi memang skr mah ada banyak bimbel ya mba, jadi kalo ortu ga bisa ngajarin, tinggal ikut les dari bimbel semacam sinotif ini. Bagus sih, apalagi aku tipe yg emosi kalo ngajarin anak. Ga sabaran, JD memang butuh guru utk mereka.
ReplyDeleteHehehe memang ternyata ga semudah itu menemani dan mengajari anak2 :D Ada Sinotif sangat membantu nih.
Deletewah masya Allah keren mba Cilya, sukses bisnis dan anak2nya..oia, aku bisa login ke socmed anak tapi jarang ngecek, kalau lagi mau aja aku kepoin heheu. Nggak ngetag dia juga kalau foto apa gitu, tapi happy kalau dia tag aku #heheee. Homeschool juga bisa rutin playdate gitu ya modelnya, aku suka lihat storynya Ibu Helena..jadi ortu bukan berarti jadi guru untuk smua ya, bisa gunain Sinotif ini seperti ibu Sid bilang..aku baru tauu..
ReplyDeleteIya, hebat ya mbak Cilya ini. Anak dan orang tua saling mendukung dan aktif berpartisipasi.
DeleteEh aku disebut, hehehe
DeleteIyalah kan ortu bukan yang maha tahu jadi pakai bantuan les ke Sinotif aja lebih tepat. Apalagi kalau materi math, fisika gitu aku udah bagian supporter aja, hahaha...
Setuju :D
DeleteDi keluargaku gak ada yang homeschooling. Kalau suatu hari anakku tertarik, kayanya bakal ikut lembaga kaya Sinotif ini. Soalnya aku emang secara pendidikan belum mampu ya buat ngajar sendiri. Nanti malah banyak dramanya
ReplyDeleteHehehe Sinotif ini bimbel yang membantu anak belajar online :D Cocok buat yang HS.
DeleteAku pernah nih ngobrol sama mbak Cilya tentang Home Schooling, karena waktu itu pas pandemi. Aku pun setuju, anak yang home schooling gak kuper kok terbukti dari anak-anak mbak Cilya dan beberapa temanku yang menjalankan home schooling. Karena anak juga dilatih mandiri dan kreatif.
ReplyDeleteIya, tergantung anaknya, ga kuper kok :)
Deleteprogram belajar home schooling ini sangat membantu para emak yaa. Anak pun lebih semangat lagi belajarnya jika mendapatkan bimbingan yang intensif, meski tetap dari rumah, tidak jauh berbeda dengan yang sekolah reguler.
ReplyDeleteBenar sekali.
DeleteDulu pernah banget meng-HS kan anak, tapi untuk usia pra-sekolah.
ReplyDeleteMenyenangkan sekali, tapi karena HS ini juga butuh kurikulum layaknya sekolah formal, butuh peralatan dan tolak ukur sebuah materi dalam pembelajaran serta pencapaian buat evaluasi, huhuh.. aku gak sanggup lagi ketika usia sekolah.
Padahal mah Bandung ini termasuk yang komunitas HS-nya solid dan aktif. Ada banyak aktivitas serta gathering para keluarga HS. Jadi harusnya kalau bener-bener niat, pasti BISA.
Apalagi kini ada banyak bimbingan belajar SINOTIF yang membantu dalam proses pembelajaran serta penilaian pencapaian hasil akhir.
Betul harus sanggup berkomitmen orang tua dan anak supaya tecapai belajar HS ini.
DeleteBaik homescholing ataupun sekolah formal pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bahkan anaku yg sekolahnya formala aja masih tak leskan karena ya itu, mengajarkan ke anak lebih susah , mending aku yang belajra sendiri deh, wkwkkk
ReplyDeleteIya, betul. Hehehe ternyata belajar sendiri ga mudah ya mbak.
DeleteHomeschooling ini bisa jadi cocok dan bisa menumbuhkan kemadirian anak. Homescholing itu perlu punya dukungan atau support yang tepat, contohnya Sinotif yang membantu pembelajaran anak
ReplyDeleteBetul sekali opininya mbak.
DeleteNah, ya, salah satu pertanyaan yang sering kudapat adalah tentang sosialisasi anak. Lha apa dipikir HS tu anaknya dikunciin dalam rumah? wkwk
ReplyDeleteJustru HS tu anak2 bisa jalan ke mana aja, pertemanan tak hanya ada di lingkup sekolah, tapi udah langsung lingkup masyarakat yang lebih luas.
Oh aku baru ngeh anak Mbak Cilya HS mbak.
Wah aku jadi pengen lebih tahu soal Sinotif niiihh.
TFS infonya yaaa
Sama2. Iya, bisa belajar di luar rumah seperti di taman dll. Sip mbak.
DeleteAku pernah nyoba homescholing saat pandemi ya, seharunya pendar masuk TK, tapi tahap ini aku dan suami yang dampigin di rumah. Hasilnya jauh lebih cepat paham anaknya, mungkin karena fokus ya. Tapi sebagai ortu memang harus teliti, telaten, dan memahami banget ya
ReplyDeleteSetuju :) Hebat deh mak Eni dan suami.
DeleteSebagai keluarga homeschooler aku mengakui nih mak kalau homeschooling memang membangun kemandirian anak. Cuma memang pendampingan ortu itu harus banget
ReplyDeleteSepakat :)
DeleteKarena terlibat langsung dalam pengajaran anak, diperlukan usaha ekstra dari orang tua, mulai dari menyiapkan bahan ajaran, memahami materi, hingga menyusun metode belajar yang menyenangkan bagi anak.
ReplyDeleteIya, betul banget mak. Support dari orang tua itu wajib.
DeleteMba, saya agak kurang paham dengan konsep homeschooling tapi kok bisa bergabung dengan kegiatan OSIS, ya? Mungkin ada bagian yang terlewatkan saya.
ReplyDeleteOh iya, bisa jadi itu lulusan HS yang melanjutkan pendidikan ke sekolah formal kayaknya. Thanks mbak.
DeleteJadi makin paham dan dapat wawasan soal homeschooling lewat tulisan ini. Ternyata Homeschooling bisa menjadi opsi yang cukup baik untuk pendidikan anak. Masalah komunikasi dan interaksi juga kembali kepada pribadi dan keluarga masing-masing. Bisa lewat komunitas, event ataupun perlombaan. Sebuah ulasan yang cukup menarik dan mendalam. Terima kasih, Mbak Nurul.
ReplyDeleteBenar sekali, Rahman. Sama2.
DeleteAda satu teman saya yang anak-anaknya homeschooling, saya jadi sedikit tahu tentang homeschooling ini..peran orang tua memang sangat penting ya supaya lebih optimal
ReplyDeleteBetul mbak 👍👍
DeleteSalut untuk para ortu yang memutuskan homeschooling untuk anak-anaknya. Pas pandemi cukup berat juga anak-anak sekolah di rumah hehe. Kudu berkomitmen tinggi dan disiplin dalam mendidik anak-anak bersekolah di rumah
ReplyDeleteKomitmen paling penting ya 👍
DeleteDulu, saya pengen banget homeschooling untuk anak-anak. Suami pun dukung banget. Tapi, dulu kan HS masih aneh. Bimbel menarik juga masih jarang. Makanya akhirnya gak jadi hehehe. Menarik ya bimbel sekarang. Sinotif juga mengikuti perkembangan zaman. Bisa ikut bimbel secara online.
ReplyDeleteBimbel Sinotif sangat mendukung HS ya.
Deleteaku jadi lebih paham tentang homeschooling jadinya abis baca ini. Pas banget nih mba, aku lagi cari Bimbel, abis ini aku langsung kontak Sinotif ah buat tanya detail bimbel online anakku, tertaarik yang paket Diamond nya biar makin lancar ngerjain soal matematika.
ReplyDeletePaket Diamond lengkap banget memang sih 😄👍
Deletekalau yang saya baca itu malah anak homeschooling itu banyak prestasi dan kemampuannya benar-benar terasah sejak kecil karena biasanya memang fokus di bidang yang memang disukai dan bakatnya di situ ya, mbak
ReplyDeleteFokus itu penting banget jadi ada prioritasnya dalam belajar.
DeleteHomeschooling bagus untuk menghindari bullying tapi aku gak kuat menjalaninya karena harus mendampingi anak belajar terus hehehe. Syukur ada bimbel Sinotif ya.
ReplyDeleteKonsistensi orang tua mendampingi anak belajar itu wajib ya 😄
DeleteSaya tuh sudah sejak lama mau homeschooling kan anak anak
ReplyDeleteHanya saja mulut keluarga besar yang merobohkan semangat anak-anak
Setiap bertemu keluarga besar selalu dicie-cie karena enggak sekolah
Makanya jadinya minta sekolah formal
Hahahaha iya sih keluarga besar belum memahami HS dulu ya 😄
Delete